Seminar Nasional Universitas Sumatera Utara “Bersatu Bersama Memajukan Pariwisata Danau Toba”

Ade Zaenal Mutaqin dalam seminar nasional pariwisata alam

Potensi Bisnis Wisata Alam Indonesia

Oleh : Ade Zaenal Mutaqin [1]
Disampaikan pada Konferensi Nasional di
Universitas Sumatra Utara tanggal 25 Juli 2017 dengan tema “Bersatu Bersama Memajukan Pariwisata Danau Toba

“Membangun bisnis pariwisata alam yang sebagian besarnya tersebar di wilayah perdesaan, seyogyanya dilandasi keberpihakan terhadap alam, lingkungan, sosial masyarakat, budaya dan kearifan lokal yang menyelimuti pesona Alam Indonesia, pun harus dilakukan secara harmonis, berlandaskan kerendahan dan keikhlasan hati serta kebijaksanaan pikiran untuk bergerak dan bertindak karena generasi mendatang merupakan pewaris alam Indonesia.”

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas daratan 1.922.570 km² dan luas perairan 3.257.483 km². Posisi astronomis terletak pada 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT, berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Memiliki 14.572 pulau yang terdiri dari pulau kecil dan pulau besar serta telah terdaftar di UNGEGN (United Nations Group of Experts on Geographical Names), dan garis pantai sepanjang 99.093 km.

Salah satu keuntungan letak georafis dan letak astronomis yang dimiliki Indonesia untuk pariwisata adalah adanya keindahan alam serta keanekaragaman hayati yang dikandung negeri yang berjuluk Jamrud di katulistiwa ini begitu melimpah dan mempesona. Indonesia mengandung 15,3 % keanekaragaman hayati dari total biodiversitas yang dimiliki dunia. Hal itu telah menjadikan Indonesia sebagai negara kedua yang memiliki biodiversitas terbanyak di dunia, dunia internasional memandang Indonesia sebagai the heaven on earth.

Tak luput pula, Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai pemilik keberagaman budaya serta kearifan lokal. Berdasar data dari Badan Pusat Statistik, Indonesia memiliki 633 suku, termasuk suku besar dan suku kecil dengan segala pesona keramah tamahan, keagungan budaya dan keluhuran nilai-nilai kearifan lokalnya.

Kekayaan Alam, Kekayaan Budaya serta kearifan lokal masyarakat Indonesia yang di miliki saat ini telah menjadi magnet kunjungan wisatawan Internasional untuk menikmati indahnya Indonesia. Berlandas pada data Kementerian Pariwisata serta BPS menunjukan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kunjungan pariwisata ke Indonesia. Laporan terakhir, pada bulan April 2017 menyatakan bahwa Indonesia telah dikunjungi oleh 8.908.561 jiwa penduduk Asia Pasifik, dimana Cina menyumbang wisatawan mancanegara terbanyak dengan jumlah 1.556.771 jiwa. Sedangkan pada wilayah Eropa, Inggris menjadi penyumbang terbanyak wisman ke Indonesia yakni sebanyak 352.017 jiwa. Lalu disusul oleh Perancis sebanyak 256.229 jiwa, Jerman 243.873 jiwa dan negeri kincir angin atau Belanda menyumbang sebanyak 200.811 jiwa. Sisanya diisi oleh wisman dari Afrika dan Timur Tengah serta dari benua Amerika.

Membangun Pariwisata Alam Indonesia dari Desa Wisata

Belakangan ini ditengarai telah terjadinya pergeseran orientasi pariwisata, dari wisata buatan menuju wisata alternatif [2] dengan pola wisata yang menekankan kepada aspek penghayatan dan penghargaan lebih terhadap kelestarian alam, lingkungan dan budaya (enviromentally and cultural sensitives). Pun kesadaran terhadap Daya Tarik wisata alam oleh komunitas masyarakat di sekitar Obyek Dengan daya Tarik Wisata berupa keindahan lanskap alam, keanekaragaman seni, budaya dan adat istiadat yang dikelola untuk aktivitas wisata oleh komunitas lokal menjadi salah satu daya dukung pergeseran minat wisata yakni dari wisata massal yang menjadi ciri wisata buatan dan konvesional menuju wisata Alternatif.

Wisata minat khusus dikembangkan dalam upaya mengoptimalan sumber daya untuk memajukan sektor pariwisata Alam Indonesia. Bentuk perjalanan wisata minat khusus dilakukan di suatu lokasi dengan memadu padankan aktivitas fisik yang menekankan unsur tantangan, rekreatif, dan pencapaian keinginan seorang wisatawan melalui keterlibatan atau interaksi dengan unsur alam dan lingkungannya.

Saat ini, nyatanya Indonesia memiliki beragam keelokan dari bermacam sudut pandang, baik pesona alam, budaya, kearifan lokal serta kekayaan lainnya. Pun jumlah wisman semakin tahun semakin meningkat, maka akan timbul pertanyaan awal sekaligus menjadi tantangan dalam membuka peluang potensi bisnis wisata alam Indonesia. “Akan dibawa kemana kah meraka ?

Sebagian besar Obyek Dengan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam berada di wilayah perdesaan di Indonesia, dimana kekayaan alamnya masih menyatu dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat itu sendiri. Sehingga pembangunan bisnis wisata alam harus di mulai dari Desa Wisata. Menurut Nuryanti, Wiendu, “Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”[3].

Dalam pembangunan dan pengembangan bisnis wisata alam mensyaratkan kebaikan yang berkesinambungan terhadap alam, berkah[4] terhadap masyarakat dan Berkah pelaku wisata. Bentuk perencanaan dan pembangunan bisnis pariwisata alam pun selayaknya menerapkan prinsip-prinsip Community Based Tourism (CBT) sebagai pola pendekatan pembangunan pariwisata dengan memunculkan keunikan karakter, sosial, budaya dan kearifan masyarakat lokal, hal ini dikarenakan bahwa keindahan alam disuatu wilayah yang menjadi obyek pariwisata pasti di dalamnya terdapat budaya dan kearifan lokal masyarakat yang sudah ada sejak lama. Sehingga potensi bisnis wisata alam akan menyentuh wilayah sosial dan budaya.

Potensi Bisnis Wisata Alam yang dikembangkan harus berdampak pada bertambahnya kebermanfaatan terhadap segala aspek kehidupan, seperti sosial-budaya-ekonomi hingga kearifan lokal masyarakat yang berada di sekitar Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) tertentu. Sehingga pembangunan bisnis wisata alam harus berpijak pada nilai 1. Alam dan lingkungan, dimana aktivitas pariwisata harus mampu mempertahankan sebuah kondisi lingkungan yang stabil dan seimbang (homeostatis) dalam hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem secara sustainable atau berkelanjutan. 2. Berkah kepada masyarakat, dan 3. Kebermanfaatan yang berkelanjutan terhadap seluruh stakeholder yang terlibat.

Wisata Ramah adalah bentuk pariwisata yang menitik beratkan pada keberlanjutan lingkungan dan kelestarian alam serta berkah terhadap masyarakat di sekitar obyek daya tarik wisata. Menyangkut wisata alternatif/wisata minat khusus yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat lokal sebagai pemilik lingkungan dan pesona keindahan alam, pemilik sosial budaya dan kearifan lokal, serta pemilik keramah tamahan, guna memenuhi sensasi dan minat terdalam wisatawan dalam aktivitas pariwisata.

Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata dengan nilai-nilai wisata ramah[5] merupakan solusi dalam menjawab kebutuhan akan kerinduan masyarakat kota (baik wisatawan domestik ataupun mancanegara) terhadap suasana dan kehidupan desa dengan alam yang masih terjaga dengan baik, sekaligus menjawab potensi Bisnis Wisata Alam di Indonesia.

seminar nasional pariwisata pembicara
Pembicara pada konferensi Nasional Pariwisata Indonesia “Bersama Bersatu Memajukan Pariwisata Danau Toba”. Dari kiri Ir. Nurlisa Ginting M.Sc, PhD ( Pokja Pariwisata Danau Toba) ; Ade Zaenal Muttaqin (Praktisi pariwisata Indonesia dari PT Highland Indonesia dan sebagai Founder Wisata Halimun) ; Dr.rer.pol Agung Nugroho (Wakil Ketua Bidang Kerjasama AIABI).

Disadur dari handout presentasi dengan judul asli “Potensi Bisnis Wisata Alam Indonesia” yang dipaparkan oleh Ade Zaenal Mutaqin sebagai praktisi pariwisata Indonesia dan sekaligus menjadi salah satu founder Wisata Halimun. Acara seminar & talkshow  tersebut diselenggarakan oleh IMABI (Ikatan Mahasiswa Administrasi Bisnis Indonesia) pada tanggal 25 Juli 2017 di Universitas Sumatera Utara dengan mengangkat tema “Bersatu Bersama Memajukan Pariwisata Danau Toba”.


Catatan kaki

[1] CEO Highland Indonesia Group dan Founder Wisata Halimun

[2] William RE & Valene LS, 1992:3. Wisata Alternatif adalah sebagai bentuk pariwisata yang konsisten dengan nilai-nilai alam sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menikmati interaksi yang positif dan wajar serta menikmati indahnya berbagai pengalaman

[3] Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

[4] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut istilah, berkah artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79). Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan.

[5] Wisata Ramah adalah bentuk pariwisata yang menitik beratkan pada keberlanjutan lingkungan dan kelestarian alam serta berkah terhadap masyarakat di sekitar obyek daya tarik wisata. Menyangkut wisata alternatif/wisata minat khusus yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat lokal sebagai pemilik lingkungan dan pesona keindahan alam, pemilik sosial budaya dan kearifan lokal, serta pemilik keramah tamahan, guna memenuhi sensasi dan minat terdalam wisatawan dalam aktivitas pariwisata.