Membangun Indonesia-ku dari Desa dengan Wisata Ramah
Wisata Ramah – Salah satu perilaku wisata ramah adalah hilangnya mental kelas yang dimiliki seorang wisatawan atau masyarakat kota dan para pelaku wisata desa atau masyarakat disekitar obyek wisata (ODTW) dalam sebuah aktivitas wisata. Hal ini karena semua elemen dalam kegiatan wisata di desa turut memberikan kontribusi.
Tidak dipungkiri bahwa sebagian wisatawan saat berkunjung ke Desa, memandang masyarakat desa dengan perilaku ketradisionalannya dipresepsikan dengan keterbelakangan terhadap sebuah kemajuan atau masyarakat sederhana. Secara kelas, mereka dianggap sebagai kelas proletariat (berasal dari bahasa Latin proles adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kelas sosial rendah; anggota kelas tersebut disebut proletarian. Awalnya istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan orang tanpa kekayaan). Namun, sesungguhnya dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa adalah adat istiadat dan kepercayaan yang turun-temurun dipelihara dengan kompleksitas yang saling berkaitan satu diantara unsur-unsur sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian dam kehidupan moral susila.
Saling menerima dan memberi dalam kontek wisata ramah, memungkinkan hilangnya mental kelas yang terbentuk dari paradigma masyarakat kota yang menganggap bahwa masyarakat desa adalah “kelas sosial rendah”. Mental kelas yang lahir dari sudut pandang ekonomi menjadi salah satu penciri masyarakat perkotaan akan lebur ketika kesenangan yang melahirkan kenangan dalam aktivitas wisata terbentuk dari sikap menerima dan memberi, pun terbangun dari sikap saling melengkapi.
Begitu pula dengan masyarakat desa tidak boleh memandang bahwa wisatawan yang datang dari perkotaan dengan segala keberlimpahan ekonomi yang terlihat menjadi sekat atau batasan. Karena sesungguhnya masyarakat desa telah memberikan kekayaan berupa pesona keramah tamahan, budaya agung serta alam nan indah yang dimilikinya kepada masyarakat perkotaan dan ini menyebabkan sebuah kesenangan.
Study kasus ; mental kelas pada wisata pedesaan
Pada suatu ketika keluarga Mr. Tan Lourent (bukan nama sebenarnya) yang membawa 3 orang anaknya, istrinya yang bernama Mrs. Lourensia dan seorang pembantu rumah tangga mendatangi Desa Wisata di kawasan pegunungan Halimun. Tan Lourent adalah seorang pengusaha yang cukup sukses di kota Surabaya. Dengan perilaku dan mental kekotaan, Ia sendiri mengendari mobil teranyar buatan Europe di Jalanan berbatu menuju pojokan Desa.
Sepenjang perjalanan mereka kerap bertemu dengan masyarakat yang pulang dari membajak sawah, menyapa dengan senyum ramah dengan bahasa yang apik layaknya masyarakat Sunda yang berpedoman pada falsapah “Someah Hade ka semah“. Senangnya keluarga yang bermobil mewah tersebut di berikan senyuman oleh masyarakat Desa, dan belum tentu pemberi senyum mendapatkan mampaat dari kedatangan keluarganya.
Dalam benak anak-anaknya mereka mencibir, karena melihat bahwa petani yang menyapa dengan senyuman dan bahasa ramah itu terlihat kotor dan berbaju kumal. Sehingga terlontarlah dari mulut si sulung yang berusia 19 tahunan, “Dedi…!” memanggil ayahnya dalam bahasa inggris. “Ya nak !” jawab ayahnya. “mereka miskin yah, sungguh kotor dan terlihat kulitnya hitam terbakar matahari……” kata si sulung menyahut.
Inilah salah satu mental kelas yang lahir dari wisatawan kota ketika berkunjung ke desa. Tidaklah mereka menyadari bahwa kebahagian yang lahir dari senyuman dan bahasa ramah sang petani desa adalah kekayaan masyarakat yang telah memberikan kebahagian pada wisatawan ketika berwisata desa.
Setibanya di pojokan sebuah Desa Wisata, Udin Saparudin sang pemilik penginapan berasitektur sunda campuran kota menyambut kedatangan keluarga Louresnia dengan penuh hangat dan keramah tamahan (entahlah itu keramah tamahan yang di rekayasa atau bukan, hal ini di karenakan seringnya ia mengikuti pelatihan di Hotel-hotel yang di prakarsai oleh lembaga swadaya besutan asing). Namun konon, menurut cerita yang berkembang, Udin Saparudin adalah pioner wisata dipojokan kampung di Desa Wisata tersebut, sekaligus senang akan hal-hal yang berbau politik Desa.
Layaknya Juragan yang sedang menyapa kedatangan juragan besarnya dari kota. Udin Saparudin menunjukan kehebatan alam desanya, budaya dan kearifan lokal yang mengitari kampung dimana ia mendapatkan pundi-pundi rupiah. Dengan gaya bicara yang bukan lagi laksana orang Desa, berharap keluarga Lourensia memberikan uang agak tebal, bila perlu dengan uang kertas bergambar wajah bermata sipit.
Untuk menghindari adanya complaint selama ia melayani keluarga juragan dengan durasi 3 hari 2 malam. Terkadang ia berani menabrak aturan adat yang dianut keluarga besarnya sejak tempo dulu. Tanpa disadari, perilaku Udin Saparudin tersebut sesungguhnya adalah perilaku budak. Perilaku budak itu terpancar tegas ketika meyambut dan melayani kehadiran Juragan Kota. Dari bahasa tubuh, bahasa oral maupun aktivitas Udin Saparudin sebagai orang yang mendapatkan proyek wisata dari keluarga kota.
Mental kelas yang dimiliki oleh pelaku wisata desa dan masyarakat desa dengan menganggap bahwa wisatawan atau masyarakat kota itu lebih baik dan hebat daripada masyarakat pemilik seni budaya nan agung dengan latar alam yang mempesona adalah sebagian kecil mental kelas yang lahir dari pendekatan materi sebagai tujuan hidup.
Mental kesetaraan dan persaudaraan diantara keberagaman dalam aktivitas wisata antara wisatawan, pelaku wisata serta masyarakat desa dapat melahirkan aktivitas wisata yang memiliki makna dan kenangannya sendiri. Wisata Ramah, Eta Pisan….!
Artikel Wisata Ramah
- Baca : Wisata Ramah; the triangle of Wisata Ramah
- Baca : Wisata Ramah ; Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata
- Baca : Membangun Indonesia dari Desa Wisata dengan Wisata Ramah
- Baca : Kebersamaan dan kesetaraan dalam perilaku Wisata Ramah
- Baca : Gerakan Wisata Ramah #EtaPisan ! ; Sebuah Muasal
- Baca : Gerakan Wisata Ramah | Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata
- Baca : Ekowisata Halimun Salak Desa Wisata Malasari Peraih Indonesian Sustainable Tourism Award 2017
Desa Wisata Malasari dan Desa Wisata Kiarasari merupakan dua desa di dalam Gugusan pegunungan Halimun di sebelah barat yang dipenuhi karya teknologi masa lampau dengan kearifan lokal nya yang masih terjaga, untuk dapat berwisata ke Desa Wisata Malasari dan Desa Wisata Kiarasari, silahkan menghubungi HOTLINE kami.
Paket Wisata
Paket wisata Halimun Adventure Journey merupakan tindakan perjalanan berpetualang dan atau kegiatan berwisata yang dilakukan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak guna menikmati keindahan bentang alam serta atraksinya dengan segala fenomena estetika yang unik dan sifatnya menarik serta tidak biasa. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Lembur Experience adalah kegiatan wisata yang seiring mendapatkan pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi secara langsung antara wisatawan dengan masyarakat lokal dalam sebuah peristiwa bertani, berkerajinan dan berkesenian di kampung dalam gugusan TNGHS. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Wildlife and Nature merupakan wisata petualangan guna merasakan misteri terdalam keindahan hutan Taman Nasional Halimun Salak dengan keragaman pesona flora faunanya yang liar pun lanskap alamnya . Jika beruntung, anda akan melihat elang Jawa terbang melintas batas angkasa raya atau seekor macan yang berjalan disela pepohonan.
Dapatkan paket wisataRampes....!, Sebuah kata bermagis menjawab sapaan salam budaya ketika anda tiba pertama kali tiba di Kasepuhan Banten Kidul yang menghadirkan perilaku adat berbalut alam yang mempesona. Dengan bermukim sebentar saja dalam paket Halimun Adventure Ethnic, anda akan melewati hari-hari berpetualang di magnetnya kerifan lokal, budaya dan alam yang memukau.
Dapatkan paket wisataLiveIn dengan muatan Pawon Experience adalah paket turunan Halimun lembur Experience, LiveIn merupakan program wisata edukasi untuk membangkitkan kepedulian sosial dan lingkungan bagi pelajar sekolah dan mahasiswa dengan mengikuti aktivitas keseharian penduduk desa dalam kearifan lokalitasnya di kawasan lingkar gugusan Halimun
Dapatkan paket wisataPaket Camping, Camping merupakan kegiatan rekreasi di luar ruang dan tidur menggunakan tenda dengan beragam aktivitas utamanya seperti Gathering, Outing pun Camping ceria. Dengan fasilitas yang unik dan menarik, tenda yang biasa dipasang diatas tanah, di Wisata Halimun kini di pasang diantara pepohonan hutan halimun yang populer dengan sebutan flying camp.
Dapatkan paket wisata