Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata dengan 3 pilar segitiga Wisata Ramah
Oleh : Ade Zaenal Mutaqin
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia [1], Indonesia dikenal sebagai Zamrud di khatulistiwa, karena letaknya berada tepat di bawah garis Ekuator, garis imajinasi yang membagi bumi menjadi dua bagian, belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, tanah yang subur serta keindahan panorama alam yang memikat. Banyak julukan lainnya yang disematkan pada Indonesia, seperti Negara Agraris, Indonesia berjuluk Megabiodiversitas, yaitu julukan yang diberikan oleh para peneliti dunia karena keberaneka-ragaman flora dan fauna di Indonesia yakni sebanyak 15,3% dari keanekaragaman hayati dunia setelah Brasil, juga berjuluk Heaven the Earth, dls.
Keindahan panorama alam yang memikat dan ke-anggun-an budaya serta kearifan lokal dari 633 suku Nusantara yang menyelimutinya, telah menjadi magnet kunjungan wisatawan Mancanegara. Wisatawan Mancanegara yang datang ke Indonesia, menurut Publikasi Statistical Arrivals Kementerian Pariwisata terjadi kenaikan di setiap tahunnya. Pada tahun 2014, terjadi kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 9.135.411, pada tahun 2015 sebanyak 10.106.759 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 12.023.971 orang, dan pada semester pertama tahun 2017, menurut Ditjen Imigrasi dan BPS yang diolah kembali oleh Asdep Litbangjakpar Kemenpar, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 6,478,069 orang atau memiliki pertumbuhan sebanyak 15.18% dari semester pertama tahun 2016.
Ditenggarai saat ini terjadi pergeseran pasar wisata, dari wisata buatan ke pola wisata yang menekankan aspek penghayatan dan penghargaan lebih terhadap kelestarian alam, lingkungan, Budaya dan kearifan lokal. Hal ini di dukung pula dengan kesadaran akan potensi Daya Tarik wisata oleh komunitas-komunitas masyarakat di sekitar ODTW, beberapa keindahan lanskap alam, keanekaragaman seni, budaya dan adat istiadat mulai dikelola untuk aktivitas wisata oleh komunitas Masyarakat sekitar (CBT).
Dalam sebuah pemberitaan, gagasan (yang katanya) original Presiden Joko Widodo di sela-sela menghadiri acara puncak Sail Selat Karimata (15/10/2016), Presiden Joko Widodo mencetuskan Pembangunan Desa Wisata Nusantara. Originalitas gagasan presiden RI ke-7 tentang Desa Wisata sesungguhnya jauh-jauh hari telah kumandangkan para praktisi maupun akademisi pariwisata, seperti oleh Nuryanti, Wiendu. 1993. Pada Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press menegaskan bahwa “Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”. Potensi wisata yang tersebar dan dimiliki oleh desa-desa di Indonesia, Dimana kekayaan alamnya masih menyatu dengan budaya dan kearifan lokalitas masyarakat itu sendiri”.
Parekh, 2010; Page dan Getz, 1997:4 – Desa wisata dapat diartikan sebagai desa secara sengaja dibangun atau secara alami memiliki kemampuan untuk menarik kunjungan wisatawan karena ketersediaan potensi atraksi alam dan budayanya.
Youell (1996: 136) – Rural tourism is one of the forms of sustainable development that through promoting productivity in rural zones, brings about employment, income distribution, preservation of village environment and lokal culture, raising host community’s participation and presenting appreciate methods to conform beliefs and traditional values with new circumstances .
Priasukmana & Mulyadin (2001) – Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.
Chuang (2010:1313) dan Kuvacic, et.al, (2010: 1648) merangkum pendapat beberapa ahli dan lalu memaknai pariwisata perdesaan dengan menunjukkan suatu lingkungan geografis tempat terjadi atau berlangsungnya aktivitas pariwisata dan karakteristik asli berupa budaya tradisional, budaya pertanian, lanskap pedalaman dan gaya hidup sederhana…
Desa Wisata kebanyakan tersebar di pedesaan dimana kekayaan alamnya masih menyatu dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat itu sendiri. Pesona alam yang berselimutkan nilai-nilai kearifan lokal dan keagungan budaya menjadi penciri keunikan dari sebuah Desa Wisata. Pun, sebagian Desa Wisata berada di pegunungan dan hutan di kawasan Taman Nasional dan zona-zona penyangganya. Oleh karenanya, Pembangunan, pengembangan dan pengelolaan pariwisata selayaknya menjunjung tinggi prinsip-prinsip Wisata Ramah.
“Wisata Ramah adalah bentuk pariwisata yang menitik beratkan pada keberlanjutan lingkungan dan kelestarian alam serta berkah terhadap masyarakat di sekitar obyek daya tarik wisata. Menyangkut wisata alternatif/wisata minat khusus[2] yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat lokal sebagai pemilik lingkungan dan pesona keindahan alam, pemilik sosial budaya dan kearifan lokal, serta pemilik keramah tamahan, guna memenuhi sensasi dan minat terdalam wisatawan dalam aktivitas pariwisata “. Oleh karenanya, Desa Wisata selayaknya berpijak pada tiga pilar utama dalam pembangunan maupun pengelolaan nya, yaitu.
- Masyarakat – Geliat pariwisata (harus) berdampak pada bertambahnya kebermanfaatan dan atau kebaikan yang berkesinambungan terhadap aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya hingga kearifan lokal masyarakat yang berada di sekitar obyek dengan daya tarik wisata. (berkah[4] pada masyarakat)
- Alam dan lingkungan – Aktivitas pariwisata (harus) dapat menjaga dan mempertahankan sebuah kondisi lingkungan yang stabil dan seimbang dalam hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara komponen ekosistem secara berkelanjutan.(berkah pada alam dan lingkungan)
- Pada perencanaan, pembangunan dan pengelolaan mengusung konsep Community Based Tourism dimana para pihak yang terlibat berada dalam ruang kesetaraan dan kebersamaan. Kegiatan pariwisata ini (harus) dapat memberi kebermanfaatan dan kebaikan secara berkelanjutan terhadap seluruh stakeholder yang terlibat secara langsung maupun tidak. (berkah pada stakeholder)
Untuk mencapai tujuan Desa Wisata yang ideal dalam kontek Wisata Ramah, kerjasama para pihak dapat menjawab kompleksitas pembangunan dan pengelolaan pariwisata di Desa Wisata. Pelibatan elemen kunci secara bersama dalam kesetaraan sejak perencanaan, pembangunan dan pengelolaan merupakan keniscayaan. Elemen tersebut yakni Komunitas Masyarakat (Community Base Tourism)[5], akademisi dan praktisi secara bersama untuk menciptakan sebuah karya jasa ataupun karya benda untuk masyarakat, alam dan lingkungan serta bagi para pihak yang terkait secara keberlanjutan.
- Komunitas Masyarakat, yaitu kelompok masyarakat (termasuk stakeholder lainnya) yang terlibat langsung dan turut andil dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan pariwisata dan segala bentuk proses pembuatan keputusan.
- Praktisi, Orang atau lembaga swasta yang ikut mendorong dalam pengembangan atau pembangunan kepariwisataan, terutama dalam bentuk kerja-kerja management dan marketing berdasar kepada pengalamannya sebagai pelaku pariwisata.
- Akademisi, Orang atau lembaga yang memberi pandangan dan analisis data mengenai tingkat perkembangan dan solusi yang tepat dalam memajukan pariwisata, berlandas pada pakem ilmu kepariwisataan dan disiplin ilmu lainnya yang menunjang dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai lokalitas.
Peran para pihak dalam teori the golden triangle dalam rangka membangun pariwisata du Desa Wisata :
-
Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator berperan : (1) melakukan penataan dan konservasi lingkungan kawasan yang menjadi ciri khas desa wisata; (2) melakukan pembinaan kualitas produk wisata dan pendukung wisata; (3) melakukan perbaikan / pengadaan infrastruktur; (4) melakukan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta pesona; (5) melakukan pembuatan informasi dan fasilitas kepariwisataan; (6) melakukan perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian dan landscape desa/lingkungan; dan (7) dukungan pemberdayaan terhadap kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam pelestarian lingkungan pariwisata (kawasan Hutan, dan sawah); dls
-
Swasta, terdiri dari Perguruan Tinggi, LSM, praktisi pariwisata dan lainnya, berperan : (1) melakukan promosi; (2) pembuatan dan pemasaran paket-paket wisata yang berlandas pada keunikan lokal; (3) pelatihan kewirausahaan dan keterampilan usaha pariwisata; (4) pengembangan kelompok usaha bersama masyarakat; dan lain-lain.
-
Masyarakat, sebagai pemilik pesona Alam, Pesona Budaya dan kearifan lokal dan pemilik keramah tamahan sekaligus tuan rumah dan pelaksana pariwisata, berperan untuk (1) menyediakan atraksi wisata sekaligus menentukan kualitas produk wisata dan pendukung wisata; (2) sebagai pelaku budaya; (3) penyedia akomodasi dan jasa pemandu wisata, dan sebagainya.
Pada akhirnya, membangun pariwisata Indonesia dari desa wisata harus berpijak pada keberpihakan alam, lingkungan, sosial masyarakat, budaya dan kearifan lokal yang menyelimutinya, pun harus dilakukan secara harmonis, berlandaskan kerendahan dan keikhlasan hati serta kebijaksanaan pikiran untuk bergerak dan bertindak karena generasi mendatang adalah pewaris alam dan kebudayaan Indonesia. Bersambung…
Catatan kaki
[1]Jumlah pulau yang terdaftar dan sudah berkoordinat sebanyak 13.466 dari prakiraan pulau-pulau yang ada di Indonesia berjumlah 17.000 pulau lebih. memiliki luas daratan 1.922.570 km² dan luas perairan 3.257.483 km², garis pantai sepanjang 99.093 kilometer. Indonesia terletak pada Posisi 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT, berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik
[2] William RE & Valene LS, 1992:3. adalah sebagai bentuk pariwisata yang konsisten dengan nilai-nilai alam sosial dan nilai-nilai masyarakat serta memungkinkan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan untuk menikmati interaksi yang positif dan wajar serta menikmati indahnya berbagai pengalaman.
[3] Fandeli dan Mukhlison, 2000, Wisata Alam (Ekowisata) adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat .
World Tourism Organization (WTO) dan United Nations Environtment Program (UNEP). Ecotourism envolves traveling to relatively undisturb natural areas with the spesifik objective of studiying, admiring, and enjoying the sceneryand its wild plants an animals as wellas any existing cultural aspect found in those area.
Wisata minat khusus dikembangkan dalam upaya mengoptimalan sumber daya untuk memajukan sektor pariwisata Alam. Wisata ini sebagai bentuk perjalan wisata yang dilakukan di suatu lokasi yang memiliki atribut fisik yang menekankan unsur tantangan, rekreatif, dan pencapaian keinginan seorang wisatawan melalui keterlibatan atau interaksi dengan unsur alam.
[4]Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut istilah, berkah artinya Ziyadatul Khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79). Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang berkesinambungan.
[5]Community Tourism, merupakan suatu kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat lokal, dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan sampai evaluasi dan segala manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk masyarakat.
Artikel Wisata Ramah
- Baca : Wisata Ramah; the triangle of Wisata Ramah
- Baca : Wisata Ramah ; Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata
- Baca : Wisata Ramah, Mental kelas dalam wisata desa
- Baca : Kebersamaan dan kesetaraan dalam perilaku Wisata Ramah
- Baca : Gerakan Wisata Ramah #EtaPisan ! ; Sebuah Muasal
- Baca : Gerakan Wisata Ramah | Membangun Pariwisata Indonesia dari Desa Wisata
- Baca : Ekowisata Halimun Salak Desa Wisata Malasari Peraih Indonesian Sustainable Tourism Award 2017
Membangun Indonesia dari Desa Wisata dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip Wisata Ramah merupakan satu dari ribuan solusi dalam menjawab tantangan pembangunan Indonesia secara berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai masyarakat Indonesia yang berdaulat.
Paket Wisata
Paket wisata Halimun Adventure Journey merupakan tindakan perjalanan berpetualang dan atau kegiatan berwisata yang dilakukan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak guna menikmati keindahan bentang alam serta atraksinya dengan segala fenomena estetika yang unik dan sifatnya menarik serta tidak biasa. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Lembur Experience adalah kegiatan wisata yang seiring mendapatkan pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi secara langsung antara wisatawan dengan masyarakat lokal dalam sebuah peristiwa bertani, berkerajinan dan berkesenian di kampung dalam gugusan TNGHS. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Wildlife and Nature merupakan wisata petualangan guna merasakan misteri terdalam keindahan hutan Taman Nasional Halimun Salak dengan keragaman pesona flora faunanya yang liar pun lanskap alamnya . Jika beruntung, anda akan melihat elang Jawa terbang melintas batas angkasa raya atau seekor macan yang berjalan disela pepohonan.
Dapatkan paket wisataRampes....!, Sebuah kata bermagis menjawab sapaan salam budaya ketika anda tiba pertama kali tiba di Kasepuhan Banten Kidul yang menghadirkan perilaku adat berbalut alam yang mempesona. Dengan bermukim sebentar saja dalam paket Halimun Adventure Ethnic, anda akan melewati hari-hari berpetualang di magnetnya kerifan lokal, budaya dan alam yang memukau.
Dapatkan paket wisataLiveIn dengan muatan Pawon Experience adalah paket turunan Halimun lembur Experience, LiveIn merupakan program wisata edukasi untuk membangkitkan kepedulian sosial dan lingkungan bagi pelajar sekolah dan mahasiswa dengan mengikuti aktivitas keseharian penduduk desa dalam kearifan lokalitasnya di kawasan lingkar gugusan Halimun
Dapatkan paket wisataPaket Camping, Camping merupakan kegiatan rekreasi di luar ruang dan tidur menggunakan tenda dengan beragam aktivitas utamanya seperti Gathering, Outing pun Camping ceria. Dengan fasilitas yang unik dan menarik, tenda yang biasa dipasang diatas tanah, di Wisata Halimun kini di pasang diantara pepohonan hutan halimun yang populer dengan sebutan flying camp.
Dapatkan paket wisata