Membangun Desa Wisata Kiarasari oleh Universitas Mercu Buana dan Wisata Halimun di bulan ke-4
Daftar Isi
- 1 Membangun Desa Wisata Kiarasari oleh Universitas Mercu Buana dan Wisata Halimun di bulan ke-4
- 2 Team Branding Universitas Mercu Buana di bulan ke-4
- 3 Namaku kecilku Anggun, ini kisahku…
- 4 Kisahku, Welcome to the Village of Hope
- 5 Kisahku di hari pertama di kampung Cibuluh
- 6 Kisahku di hari ke-2 bersama Prof lulusan Sekolah Rakyat
- 7 Kisahku di hari ke-3 menggapai Matahari disebuah kebun diatas bukit
- 8 Kisahku di Curug Batu Hideung yang berhiaskan hamparan bebatuan Hitam
Oleh : Ade Zaenal Mutaqin dan Ria Anggun Ariani
Berjejer dengan rapi lalu bergerak perlahan mengikuti alunan derap langkah kaki dan sorak sorai kegembiraan para pemegang obor di malam 17-an. Lainnya, barisan yang mengular itu adalah mereka warga Kiarasari yang berasal dari berbagai kampung di sekitaran dan sebagian kecilnya adalah kami yang turut riuh dalam euporia menyambut kemerdekaan di Desa Wisata Kiarasari, sebuah desa harapan –Village of Hope- yang berada di ujung Kabupaten Bogor, bagian terbarat pulau Jawa, tepat bersebelahan dengan Provinsi Banten.
Memang tidak kebetulan begitu saja, Sahabat Wisata Ramah (Wisata Ramah adalah bentuk pariwisata yang menitik beratkan pada kelestarian alam, keberlanjutan lingkungan dan berkah terhadap masyarakat di sekitar Obyek dengan Daya Tarik Wisata, serta menyangkut pada aktivitas wisata minat khusus. Dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat sebagai pemilik kearifan lokal, pemilik lingkungan dan keindahan alam, pemilik sosial budaya dan keramah tamahan, guna memenuhi sensasi dan minat terdalam wisatawan dalam aktivitas pariwisata. – Mutaqin, Ade Zaenal; 2017, Hand Out Konferensi Nasional “Bersama Bersatu Memajukan Pariwisata Danau Toba” Universitas Sumatra Utara) dari Universitas Mercu Buana dan Wisata Halimun, malam ini berada di antara masyarakat pemilik pesona keramah tamahan, pemilik pesona kearifan lokal, pemilik Budaya dan pemilik pesona agro, hadir diantara selaksa indahnya alam yang bertaburkan bintang dan berhiaskan cahaya bulan, di antara senyum sapa penuh ramah warga di malam kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Ini adalah hari ke-3 dari 6 hari yang direncanakan jauh-jauh sebelumnya untuk melebur tanpa batas dengan alam Kiarasari dan warga, untuk berkarya membangun Indonesia dari desa dalam bakti kami untuk Indonesia-ku. Ini adalah bulan yang ke-4 dari 12 bulan yang dicanangkan untuk membangkitkan Pariwisata Desa Kiarasari yang bergenre agrowisata oleh tiga elemen pembangkit yaitu masyarakat sang pemilik dan Pemerintah Desa Kiarasari, kelompok akademisi dan praktisi pariwisata. Ini merupakan bulan pertamaku melebur bersama team Universitas Mercu Buana di Desa Wisata Kiarasari.
Nama kecilku Anggun, aku turut riuh dalam kemeriahan pesta di malam ini. Pesta tanpa gemerlapnya lampu berwarna meriah dilantai dansa dengan musik syahdu yang terkadang menghentak, ini bukan pesta yang banyak digemari oleh pemudi kota sebayaku yang menginjak usia ke 20 tahun, namun malam ini sepertinya akan menjadi pesta terbaikku !.
Konon katanya, kemeriahan pesta di malam ini sebanding dengan perayaan-perayaan adat tahunan masyarakat yang bermukim di Gugusan Pegunungan Halimun disekitar Desa Kiarasari seperti upacara seren tahun. (Red: Seren Tahun merupakan perayaan adat yang menjadi simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah panen padi yang melimpah, dan berharap bahwa di tahun-tahun berikutnya panen padi akan lebih melimpah ruah.) Atau sama riuh meriahnya dengan berbagai heleran dalam kegiatan perayaan-perayaan budaya warisan generasi para pendahulu yang menjadi penciri kearifan lokal dan budaya yang berlaku dan masih dipertahankan oleh incu putu di gugusan pegunungan Halimun.
Sahabat ku para pencinta Wisata Ramah dari Universitas Mercu Buana, kali ini menurunkan 35 orang Mahasiswa nya, terdiri dari berbagai bidang keahlian dan disiplin Ilmu yang berbeda, yaitu Fakultas Desain Seni dan kreatif, Teknik Sipil, Manajemen, Informasi Teknologi (ITE), Komunikasi, dan Psikologi. Di bawah koordinasi Ketua Kegiatan yang bernama Supriyadi Gunawan atau lebih dikenal dengan sebutan MasYank. Keseluruhan team yang terlibat disebar ke kampung Wisata Agro Cibuluh, kampung Cirarak, dan kampung Pasir Pari untuk melakukan observasi, penelitian dan pembutan film series terkait potensi Desa yang akan dikembangkan sebagai destinasi dan produk-produk unggulan wisata.
Dengan disiplin ilmu dan keahlian yang di miliki oleh mahasiswa Mercu Buana yang berbeda, lalu dibentuk 6 team kerja yang di turunkan pada setiap kampungnya. “Dengan penanganan khusus ini, diharapkan bahwa setiap team dapat menyelami secara dalam dan utuh dari setiap keunikan serta potensi wisata yang ada yang selanjutnya temen-temen harus berkarya berdasar pada nilai-nilai kearifan lokal dan prinsip-prinsip wisata ramah”. Itu seingatku ketika malam pertama MasYank memberikan pembekalan terhadap kami .
Team Branding Universitas Mercu Buana di bulan ke-4
Ada enam (6) team yang dibentuk dan diterjunkan langsung dalam kegiatan 6 hari dipertengahan bulan Agustus ini yaitu, team Branding yang terdiri dari disiplin ilmu Desain seni Kreatif dan memiliki keahlian dalam bidang seni, team ICT yang merupakan mahasiswa fakultas ilmu komputer ditempatkan di Kampung Cirarak 05/05, team Manajemen, team Dokumentar yang memiliki keahlian video dan photografi, Team kelompok sadar wisata dari fakultas Fsikologi dan ilmu Komunikasi dan team infrastruktur yang terdiri dari mahasiswa fakultas teknik Sipil.
1. Branding merupakan sekumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh sebuah lembaga dalam membangun dan membesarkan sebuah merek, didalamnya termasuk pembentukan Brand Identity, brand Image dan marketing. Dimulai dari beberapa study destinasi dan kajian literatur yang selanjutnya dibuatkan logo serta penerapan aplikasi logo dalam berbagai bentuk untuk menciptakan sebuah karakter desa Wisata yang tepat. Penerapan-penerapan logo seperti pada film dokumentar, Profile Desa Wisata, packaging, advertaising, dls secara tepat dapat menciptakan emosi dan persepsi publik terhadap Desa Wisata Kiarasari secara positip dan utuh.
Beberapa data sebagai sumber data dasar yang telah didapatkan oleh team branding yang langsung di pimpin oleh Supriyadi Gunawan, itu dijadikan sebagai proyeksi awal dalam penciptaan karakter bentuk dan warna logo. Pada bulan ke empat ini, fokus team branding telah memasuki tahapan perancangan awal pembentukan logo dan font sejak dimulainya pencarian identitas Kiarasari pada bulan pertama berupa research dan dan kajian karakter desa.
2. Team ICT (information Communication Tecnology), merupakan team yang bertugas dalam pengembangan dan penggunaan teknologi disuatu daerah seperti pembuatan software koperasi yang nantinya akan di fungsikan oleh administrator koperasi Al Ghiffari Kiarasari sebagai salah satu dukungan teknis terhadap bisnis pariwisata untuk memudahkan koperasi dalam menjalankan sistem yang lebih baik dan efesien. Salah satu Software yang akan dikembangkan berbentuk website offline (website yang tidak di upload secara real time dan hanya bisa di operasikan oleh admin koperasi). Sistem yang di bangun ini yaitu berupa sistem pengolah data guna efesiensi jurnal pembukuan keuangan data nasabah.
Selain software Koperasi, team ITC akan mengembangkan digital marketing berupa situs www.desawisatakiarasari.com untuk kepentingan publishing, promosi dan branding yang juga didukung oleh sosial media lainnya seperti Instagram, Facebook, Youtube dan dls.
Pada bulan ke empat ini, team ICT baru memasuki tahapan kerja membangun software website offline dan edukasi penggunaan sosial media secara baik dan benar untuk mendukung promosi dan publikasi Desa Wisata Kiarasari, yang pada bulan sebelumnya pun telah dilakukan bertujuan untuk membantu warga Desa Kiarasari mengenal teknologi dan sosial media guna kepentingan pembangunan Desa Wisata Kiarasari.
3. Team Manajemen dibentuk untuk membangkitkan sumber daya manusia Aktivis pariwisata di Desa Wisata Kiarasari, bertujuan untuk mengedukasi, melakukan penyadaran dan pemahaman terhadap masyarakat guna menerapkan majemen pariwsata dalam prinsif-prinsif Wisata Ramah. Team Manajemen terdiri dari 7 personal yang setiap waktunya akan bertambah sesuai dengan kebutuhan, terdiri dari mahasiswa yang memiliki disiplin ilmu Manajemen yang kebanyakan berasal dari fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana.
Alur kerja yang dilakukan oleh team Manajemen itu bertujuan guna meningkatkan kemampuan Managerial dari mulai Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan pengawasan (POAC) aktivitas pariwisata. pun membangkitkan tata kelola desa wisata baik secara baik dan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu manajemen, yang dilakukan oleh team Manajemen berupa berupa peningkatan mental masyarakat, kapasitas pengetahuan tentang kepariwisataan, produktivitas kinerja masyarakat dan pelayanan pariwisata.
Pada bulan ke-4 team Manajemen telah berhasil melakukan pembangkitkan akan kesadaran masyarakat kampung Cibuluh dalam bidang kerajinan, kreativitas, kesamaan visi dan misi pembangunan kampung wisata Cibuluh dan meningkatkan interaksi pelayanan wisata. Produk jadi yang akan di lahirkan oleh team Manajemen dalam tahun pertama berupa SOP pelayan terhadap wisatawan dengan prinsip-prinsip wisata ramah dan membentuk manajemen organisasi wisata agro kampung Cibuluh.
4. Team POKDARWIS atau Kelompok Sadar Wisata merupakan kelompok kerja yang terdiri dari mahasiswa fakultas psikologi dan ilmu komunikasi, bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan, pemahaman tentang kesadaran masyarakat akan kepariwisataan, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat (Pemberdayaan masyarakat dalam dalam pembangunan kepariwisataan merupakan Upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan inisiatif masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan, untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif sebagai subjek atau pelaku maupun sebagai penerima manfaat dalam pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan”. – Renstra Dit. Pemberdayaan Masyarakat, 2010). Berkaitan tentang bagaimana masyarakat memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya aktivitas pariwisata yang mampu memberikan berkah pada masyarakat, kelestarian alam dan keberlanjutan lingkungan serta memberikan manfaat pada pelaku dan stakeholder pariwisata itu sendiri.
Pada bulan ke-empat ini, team pokdarwis masih pada tahap pendekatan tehadap masyarakat, dengan mendapatkan beberapa informasi tentang budaya, kesenian dan kuliner di Desa Kiarasari. Data tersebut merupakan sebagai informasi awal mengenai ciri khasDesa Kiarasari dalam pembangunan obyek destinasi dan atraksi wisata. Direncanakan pada bulan ke – 6, tim pokdarwis akan membuat penyuluhan kepada masyarakat di Desa Kiarasari dengan menghadirkan pembicara dari ahli yang terkait.
5. Team Infrastuktur yang terdiri dari mahasiswa fakultas teknik sipil universitas Mercu Buana, di bentuk untuk membantu mengembangkan fasilitas wisata berupa akomodasi, sarana dan prasarana dan melakukan pemetaan obyek dan destinasi wisata. Hak teknis yang dilakukan oleh team Infrasuktur berupa mapping area destiniasi, menentukan titik koordinat destinasi wisata dan membuat topograpi Desa Kiarasari serta perancangan pembangunan pondok Wisata di Cibuluh berupa Imah Gede dan Homestay yang desain arsitektur nya akan di adopsi dari model rumah asli adat sunda.
Agar lebih menguatkan pada perancangan arsitektur homestay dan imah gede, team Infastruktur melakukan study dan research ke beberapa kasepuhan adat di sekitar Desa Kiarasari yaitu kasepuhan Urug dan kasepuhan Cipatat kolot yang terletak di timur laut desa Kiarasari dan kasepuhan Ciparahu yang terletak di arah barat laut kantor Desa Kiarasari serta kasepuhan Cibuluh yang terletak di Desa Kiarasari sebelah selatan kantor Desa Kiarasari. Study dan reserach ini bertujuan untuk menghormati adat di Desa Kiarasari, menggali Nilai-nilai filosopis dari sebuah rumah Adat Sunda dan desain arsitek yang tepat serta sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan rumah adat baik berupa bentuk rumah, tataletak, material, dan perencanaan pembangunan Imah Gede adat sunda dan Pondok Wisata.
Team Infrastruktur yang dibentuk tidak seperti team lainnya yang lebih dahulu ikut serta dalam branding Wisata Kiarasari, terhitung pada bulan Juli 2017 team Infrastuktur baru melakukan kerja-kerja lapangan dimulai dari survey lokasi dan destinasi wisata serta research desain arsitektur adat sunda. Pada bulan ke-4 branding Desa wisata Kiarasari, team infrastuktur sudah mendapatkan titik centre point Desa Wisata yang terletak dikampung cibuluh, titik koordinat dan mapping Destination Desa Wisata Kiarasari.
Pada pertemuan di Mercu Buana (10/08/17), Direktur Operasional Mercu Buana kampus Jatisampurna, Sekprodi Dosen dan Mahasiswa Mercu Buana bersama Pemerintah Desa Kiarasari dan Wisata Halimun, direncanakan oleh Sekprodi teknik sipil dan Arsitektur (Muhammad Isradi, ST, MT) pihaknya akan menurunkan sebanyak kurang lebih 40 orang surveyor untuk membuat peta kontur (topografi) Desa Kiarasari.
6. Team Dokumentar, bertugas mendokumentasikan semua kegiatan dalam bentuk video visual maupun photografi, team dokumentar akan melahirkan karya final berupa Destination Profile Desa Wiata Kiarasari, namun sebelum karya akhir tersebut rampung, team ini akan membuat video series dan trailer yang dikeluarkan setiap bulannya dengan tema-tema yang berbeda. Trailer pertama yang dibuat berjudul All About Kiarasari and Wisata ramah yang menceritakan tentang awal pembangunan Desa Wisata Kiarasari yang mengusung prinsip Wisata Ramah serta menceritakan pula tentang para pihak yang ikut terlibat dalam pembangunan yaitu Universitas Mercu Buana, Wisata Halimun dan Pemerintah Desa Kiarasari serta masyarakatnya sebagai pemilik pesona keramah-tamahan, pesona kearifan lokal dan pesona budaya.
Namaku kecilku Anggun, ini kisahku…
Namaku kecilku Anggun, memang suaraku tidak semerdu Anggun C Sasmi yang melantunkan “Snow on the Sahara” di panggung yang megah, di salah satu sudut kota di Perancis. Namun, percayalah bahwa suara serak basahku akan mampu meneriakan “I Love You, Kiarasari !, we love….” mengema di Universitas Mercu Buana dan gaungnya akan menembus sudut-sudut di setiap universitas yang berada disekitar ibukota Negara bahkan radiusnya bisa lebih jauh.
Setelah malam, pesta terbaiku berakhir di kantor kepala Desa Kiarasari pada pukul 11.47 PM. Pagi ini angka yang tertera di smartphone Android pabrikan Korea yang menemaniku selama ini telah menunjukan jam 7.25 AM, aku berdiri di pojokan pelataran tempat menginap, ditemani seorang sahabat Wisata ramah dari Wisata Halimun Indonesia berkepala botak dengan dua gelas tebal mirip kacamata kepunyaan sang proklamator Muhamad Hatta yang menghiasi matanya. Mataku memandang jauh ke arah jalanan “ini adalah perayaan kemerdekaan teramai di sebuah Desa” benakku berguman “kekompakan warga bangsa di Desa Kiarasari ini dalam menyambut kemerdekaan ini sungguh wow…. exited !” . celutukku pada pada Kiade yang tengah berdiri tepat disampingku yang sama-sama turut menyaksikan riuh gemuruhnya pawai persiapan pengibaran sang saka Merah Putih dilapangan ujung Desa.
Kisahku, Welcome to the Village of Hope
Nama kecilku Anggun, Memang sebelumnya aku belum pernah mengikuti kegiatan seperti ini. Azmir, seorang senior yang selama ini terlibat dalam program Bina Desa mengajak untuk bergabung. Diawal komunikasi, ketidak yakinan dan jauh dari rasa percaya akan kemampuan yang aku miliki, pupus sudah setelah ia menjelaskan secara detail akan manfaat dan tujuan positip program ini bagi Desa, saat itupun maka aku katakan ”yes !” untuk bergabung. Dengan sedikit rasa malu, aku memperkenalkan diri pada temen-temen dari berbagai fakultas yang sudah terlibat sebelumnya maupun pada mereka yang baru.
Tepat tiga (3) hari sebelum perayaan kemerdekaan Indonesia ke 72, Bersama team yang di gawangi oleh MasYank, kami melakukan perjalanan menuju Desa Kiarasari. Sebelumnya aku telah mengkemas beberapa pasang helai pakaian dan perlengkapan untuk bisa hidup selama 6 hari di desa, diskusi ringanpun dibangun diantara kami sebelum keberangkatan. Konon katanya perjalanan ini akan memakan durasi hampir empat jam perjalanan, dan selama itu pula roda motor akan berputar diatas jalanan beraspal yang sebagian kecilnya beton bertulang dan batu yang tersusun rapi.
Jam menunjukan pukul 02.00 PM, aku berkumpul dengan team Manajemen dan yang lainnya berkerumun dengan team masing-masing yang sudah dipasangkan sebelumnya. dari kampus universitas Mercu Buana, selanjutnya kami pun bergerak menuju sebuah Desa yang mempesona, sebuah Desa dalam gugusan pegunungan Halimun yang baru kudengar hanya dari cerita mulut ke telinga.
Persepsi yang tercipta dari cerita yang berkembang, lalu membentuk imaginasi tentang indahnya pemandangan desa yang sebagian besar tutupannya adalah pesawahan terasering yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan serta berhiaskan sungai yang jernih dengan bebatuan hijau berlumut. Tercipta pula dalam rasaku akan suasana sejuk dengan keramah tamahan mayarakat yang bermukim di dalamnya. Indahnya persepsi tentang Desa Kiarasari semenjak dari Universitas Mercu Buana, menguat ketika roda yang di kendalikan oleh Dimas melintas jalanan yang sudah tidak mulus lagi, jalanan setelah tikungan Cigudeg tepat setelah keluar dari Jalan Provinsi.
Setengah jam melintas di jalanan yang tidak mulus dengan pemandangan hutan, perkebunan, dan pesawahan. Tibalah kami di desa Kiarasari sekitar pukul 08.00 PM, menuju sebuah rumah yang katanya bernama kang Omen, aku merasakan jelas ketika pertama kali hadir di kampung ini, masyarakat yang begitu ramah penuh senyum, terbuka menerima kami yang cukup kelelahan setelah berkendara, “ooww….! inilah pesona keramah tamahan yang pernah aku dengar sebelumnya”. Di Kotaku yang sekarang aku tinggali, belum pernah aku temukan ada gerombolan warga yang sebegitu ramah, datang menyambut orang baru berkunjung yang sebelumnya tidak dikenal layaknya kami disambut oleh warga kampung desa kiarasari. “Ini sungguh pengalaman yang begitu menyentuh batin terdalam ku”.
Di kampung Pasir Pari, di rumahnya kang Omen, aku mengakrabkan diri dengan si mpu nya rumah, pada saat itu pula sekumpulan anak-anak yang sedang bermain datang menghampiri, Nah disitu lah kesempatanku untuk bersosialisasi dengan anak-anak yang terlihat tulus dan polos. Aku mulai memperkenalkan diri lalu mengajak bermain, sampai pada akhirnya satu persatu anak yang bermain bersamaku itu dipanggil orang tua mereka untuk kembali pulang karena waktu sudah mulai larut malam.
Malam itu pula, kami (Tim Manajemen) bergegas melanjutkan perjalanan menuju ke kampung Cibuluh, Kampung dengan pesawahan yang tak terbatas mata memandang yang menjadi penghiasnya, di kampung Cibuluh inilah malam pertamaku di Desa Kiarasari, dirumah yang beralaskan kayu dan bilik sebagai dindingnya tempat melepaskan lelah tubuhku setelah lama dalam perjalanan Bekasi-Bogor.
Kisahku di hari pertama di kampung Cibuluh
Di pagi hari pada keesoknya harinya, kami menuju ke rumah Edi Iskandar Husein (51 tahun) yang lebih populer dengan sebutan pak Husein, entahlah mengapa ka Azmir, ka Sandy dan Galih menyebut pak Husein dengan sebutan prof. Dengan rasa penasaran akupun mulai menelisik sang prof dari kampung Cibuluh ini, eng….ing…eng ! ternyata pak Husein adalah seorang petani lulusan SR kelas lima atau setingkat dengan SD di jamanku, beliau banyak melakukan uji coba perkawinan silang antara varietas padi lokal, salah satu karyanya adalah telah lahir varietas padi hitam. Selain padi, beliau juga banyak mengkawinkan tumbuhan lainnya. Ooh ooooouuuw….! itu alasan teamku menyebut pak Hussain sebagai Prof, alasan yang akhirnya akupun sependapat dengan ka Azmir, ka Sandy dan Galih.
Cukup lama kami berbincang dirumah pak Husein, bercerita tentang banyak hal. Pada bidang pertanian, pak Husein memberi tahukan bahwa hasil panen sawahnya terdiri dari beras putih, beras cokelat dan beras hitam, sementara kopi luwak ia dapatkan dari hutan dan kebun.
Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 11.00 PM, kami melakukan perjalanan pulang ke Kampung Cibuluh 01/02, kembali ke imah bujang, sesampainya di imah bujang aku di perkenalkan dengan umi, yaitu orang tua dari salah satu pemuda yang mengdampingi kami yaitu kang Adih yang dari kemarin belum sempat ketemu, kemudian di perkenalkan pula dengan pemuda-pemuda yang pada saat itu sedang berkumpul, lalu di ajak melihat pembuatan dondang untuk acara 17 agustus. Kami direncanakan akan menginap di imah bujang ini selama di Desa Kiarasari.
Kisahku di hari ke-2 bersama Prof lulusan Sekolah Rakyat
Paginya bersama umi di rumah Bujang, kami mempersiapkan sarapan pagi sambil berbincang banyak hal, banyak pertanyaan yang aku lontarkan kepada umi, mulai dari nama asli, jumlah anaknya, sistem persaudaudaraan dan banyak hal lain yang ingin aku ketahui, umi menjawab secara gamblang dan kesanku tidak ada satupun yang ditutupi. Pada pukul 10.00 PM umi mengajak kami berkebun, mencari macam sayuran sebagai bahan dasar untuk memasak sayur asam, seperti daun tangkil (sebutan untuk melinjo di Desa Kiarasari), kacang panjang, tomat sayur, daun singkong, ubi singkong, pepaya, gamas (untuk sebutan labu siam), nangka muda, waluh (labu), trubuk atau tiwuh endog ,dan jagung.
Selesai berkebun yang memakan waktu lebih sejam setengah, pada pukul 11.30 PM kami kembali kerumah umi untuk memasak hasil kebun itu menjadi sayur asam. Setelahnya kami dan keluarga umi menikmati bersama hidangan yang bahan bakunya langsung dipetik dari kebun di ujung kampung.
Pada pukul 04.00 PM kami melanjutkan agenda yang sudah dijadwalkan sebelumnya, kembali lagi mengunjungi rumah pak Husein untuk mewawancarai seorang sesepuh kampung yang dijanjikan, konon katanya beliau sudah berumur lebih 110 tahun, bernama abah ARTA, beliau adalah seorang pelaku sejarah yang lahir pada jaman sebelum pergerakan kemerdekaan Indonesia. Katanya beliau merupakan sumber yang repesentatif akan sejarah kampung Cibuluh, namun kami belum dapat bertemu dengannya karena alasan sakit tua yang di deritanya dan belum bisa di ajak wawancara. Mengisi kekosongan agenda, kembali kami mendengarkan kembali cerita pak Husein tentang banyak hal, pada saat itu pula dan ia menunjukan laboratorium di belakang rumahnya.
Di dalam laboratorium, kami diperkenalkan dengan berbagai macam tanaman pertanian hasil uji coba. Banyak yang aku temui dalam laboratorium yang yang tidak begitu luas itu, mulai dari bergamam jenis padi, tanaman obat sampai tanaman hias. Di dalam laboratorium aku mencoba satu tanaman obat yang khasiatnya itu untuk kulit sensitif, yaitu samiloto. Katanya pak Husein tanaman tersebut rasanya manis, wauww ternyata rasanya sungguh pahit, benar-benar pahit dan sulit sekali hilang rasa pahit itu dari lidahku, mungkin kalau ada Nugi disini, pastinya ia akan mendendangkan lagu populernya di tahun 95 an “Aku tertipu“, lalu pak Husein memberikan tanaman obat lagi untuk menetralisir rasa pahit itu yaitu daun jambu merah, dan benar rasa pahit itu sekarang sudah agak sedikit berkurang. Selain Samiloto, aku mencoba tanaman yang berkhasiat sebagai pengganti gula, namanya Stofia, daun stofia yang mengandung kadar gula yang rendah dan rasanya benar benar manis.
Lalu aku diperlihatkan lagi tanaman yang bernama korejat, konon katanya tanaman korejat berkhasiat untuk mengurangi sakit kepala, merangsang saraf mata, mengurangi mata minus, kepala migran dan masih banyak khasiat lainnya. Dillihat dari khasiatnya, kamipun penasaran untuk mecoba dengan meneteskan getahnya ke mata yang dicampuri air. Ternyata oh ternyata…!, setelah di teteskan ke bola mata rasanya wauuooowwww perihnya luar biasa, lebih perih daripada ketemu sang mantan yang sedang menggandeng si nganu bin anu. Namun 5 menit sesudahnya, mataku rasanya benar benar bersih.
Setelah beberapa jam melakukan eksperimen di laboratorium nya, pak Husein kembali lagi menceritakan uji coba tanaman yang telah beliau uji cobakan, sampai pada akhirnya ia menceritakan beragam cerita mistis yang berkembang dan ada pada masyararakat di kampung Cibuluh serta kawasan pegunungan Halimun.
Pada sore menjelang magrib, datanglah sosok Kiade dan MasYank menghampiri untuk bersilaturahmi dengan penghuni rumah, merekapun terdengar berdikusi tentang kegiatan agenda wisata padi hitam yang akan menjadi komoditi unggulan Kampung Wisata Agro Cibuluh. Tak Berselang lama, Sandi membawakan tanaman Korejat lalu Kiade diminta untuk merasakan sensasinya, jauh dari pradugaku, sepertinya Kiade tak merasakan perih di bola matanya “rasa sakit hanyalah persepsi yang terlahir dari otak, maka kendalikanlah kesakitan itu” heem itu jawaban dari pertanyaan “perih yah ki ?” yang aku lontarkan. Sementara MasYank Gunawan merasakan sensasi bubuk kering daun samiloto. Menjelang magrib kami di suguhkan nasi hitam, ikan asin, lalapan, dan sayur yang bahan bakunya diambil dari kebun pak Hussain. “Aku rasakan rasa kekeluargaan yang begitu sangat hangat dan akrab tercipta diantara kami”.
Kisahku di hari ke-3 menggapai Matahari disebuah kebun diatas bukit
Keesokan paginya tanggal 16 agustus 2017, sebelum melakukan kegiatan yang tertera di jadwal, bersama seorang sahabatku bernama Yuliana, kami berinisiatif membantu umi di dapur, membantu mengiris bawang, memotong kacang panjang, mentimun, mengulek bumbu kacang untuk dijadikan campuran bahan membuat karedok untuk sarapan dan makan siang. Setelah mempersiapkan itu semua, kami membantu umi mencuci piring dan membersihkan rumah. Setelahnya, aku dan yuli mencoba bersosialisai kembali dengan warga yang tinggal dekat di rumah dengan bercengkrama dengan para ibu setengah baya atau bercanda dengan anak anak penghuni kampung Cibuluh.
Kegagalan wawancara dengan sesepuh kampung Cibuluh pada hari kemarin menjadi beban tersendiri, namun kami tetap harus melanjutkan agenda hari ini. “Ooh…. seandainya wawancara tentang kisah kampung Cibuluh dimasa lampau itu berhasil direkam dan buatkan film dokumentar nya oleh Ka Sandy, ceritanya mungkin akan berbeda”, benak ku berguman. “Mungkin Film Dokumentar yang di buat akan menjadi bukti sejarah tentang Kampung Cibuluh di awal-awal abad 19-an, dan menjadi untaian yang tidak terputus antar generasi”.
Alarm smartphone dari gadget besutan korea yang menemani setiap saatku pun berbunyi tepat jam 06.00 AM, bergegaslah aku bangun dari tempat tidur, lalu berniat juga membangunkan yuli yang sekamar dan seperaduan. Kegiatan yang akan kami lakukan hari ini salah satunya membantu kang Adih dan pemuda pemuda Cibuluh untuk belajar teknik pengambilan foto yang hasilnya diperuntukan lomba fotografi yang diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana. Sebelum kami membantu kang Adih dan pemuda pemuda lainnya, aku dan Yuli membantu Umi layaknya aktivitas seorang pemudi desa di pagi hari.
Pukul 09.00 AM, kami sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat menuju target pengambilan foto yang sudah direncanakan yaitu di kebun kang Adih, kebun yang letaknya berada 45 menit perjalanan jika ditempuh dengan berjalan kaki melewati pematang sawah dan sedikit menembus hutan belantara. Setelah persiapan, pada tepat pada pukul 09.30 AM kami, kang Adih dan beberapa pemuda berangkat untuk menuju target.
Sepanjang perjalanan hanya satu kata yang aku ucapkan “Subhanaallah, mahasuci Allah yang telah menciptakan rupa bumi yang begitu mempesona”. Indahnya alam itu luar sungguh biasa ini, hamparan sawah yang di kelilingi bukit -bukit menjulang tinggi berselimutkan kabut tipis di puncaknya itu sungguh asri dan disinipun sejuk dan segar. Rasanya aku tidak ingin cepat-cepat beranjak pergi dari tempat yang kami tapaki. Namun, Karena waktu sudah agak siang menjelang, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Setelah 45 menit berjalan, kembali kami selalu disuguhkan dengan keindahan bukit yang menghijau, dibawahnya terdapat hamparan sawah terasering yang begitu luas dan tertata apik, sungai-sungai mengalir dengan air sangat jernih berwarna hijau tosca, “inilah perjalanan yang akan mengendap dalam memori ingatanku”.
Perkiraan pukul 10.15 AM. Kami semua sampailah dikebun yang letaknya berada tepat di pertengahan bukit. Sebelum melakukan pengambilan poto, kami menyempatkan beristirahat sekedar melepas lelah tubuh yang diajak menanjak. Tampak jelas disini, di atas bukit terlihat indahnya lansekap dalam balutan warna hijau yang sebagian nya indah menguning.
Sambil menunggu kang adih dan pemuda yang melakukan pengambilan foto di sekitar bukit, kami melihat pohon pohon kupa yang hari kemarin buah kupa yang sudah langka ini sempat dibahas di rumah sang prof, karena aku sendiri itu orangnya kepo (selalu ingin tahu), ketika kak beto menawarkan buah kupa berwarna hijau, tanpa ragu aku mencicipinya, rasanya emang seger, namun sedikit agak kecut, itu mungkin karena buahnya masih mentah. “disini aku tertipu lagi !”
Cukup lama kami menunggu kang adih dan beberapa pemuda yang lagi asik melakukan pengambilan foto. selesai pengambilan foto mengajak kami pulang dan kembali ke kampung Cibuluh dengan melewati jalanan yang sama
Kisahku di Curug Batu Hideung yang berhiaskan hamparan bebatuan Hitam
Nun jauh dibawah sana, terdengar adanya teriakan, dari suaranya tebakanku ada 3 orang yang sedang memainkan peran sang tarzan, penasaran dengan teriakan itu, akhirnya kak Sandy mengambil kamera lalu membidik dari lensa Kamera DLSR ke arah sang tiga tarzan, setelah dilihat dari hasil jepretannya, ternyata teriakan Nun jauh dibawah sana adalah tim dokumenter yang terdiri dari kak Rois Kamil, Kak Nehru Rindra ditemani dengan sahabat dari Wisata Halimun bernama kak Rezeh Anggelo yang akan meliput kegiatan tim Manajemen hari itu.
Sebelumnya Ari dari team Infrastuktur mengchat line ku dan mengajak untuk ikut ke curug Batu Hideung bersama divisi lainnya. CURUG….!, wow yang terbayang adalah air terjun. Tanpa ragu aku langsung meng iyakan ajakan Ari. Sambil menunggu team infrastruktur datang untuk jalan bareng ke Curug Batu Hideung, akupun makan siang. Tak begitu lama, datanglah team campuran yang terdiri tim pokdarwis dan tim infrastruktur yang didampingi kang Omen dan kang Bagol.
Melakukan perjalanan dalam ekspedisi curug Batu Hideung yang memakan waktu tempuh 45 menit dengan trek menanjak memang cukup melelahkan, apalagi ini petualang kedua ku di hari ini. Selama di perjalanan, aku di suguhkan dengan pemandangan yang sungguh indah, tidak kalah indahnya dengan pemandangan petualangan pagi tadi ke bukit perkebunan kang adih. Walaupun perjalanan menuju ke curug Batu hideung itu jalannya lebih ekstrim, tanjakan nya lebih tajam, dan melewati aliran sungai dengan beribu bebatuan sebagai penghiasnya, aku sangat excited !. Tiada sedikitpun keraguan dan rasa takut menghampiri ketika melakukan perjalanan bersama teman-teman divisi lainnya ke Curug berhiaskan batu hitam sepertinya bekas terbakar. Dengan dipandu oleh oleh kang Omen dan kang Bagol, Di sepanjang perjalanan banyak hal-hal lucu yang dialami, mulai dari temanku ka Rosa Diah Pitaloka jatuh saat melewati sungai, begitupun dengan aku, saat melewati sawah sandal tersayang buatan lokal pun terlempar ke tengah sawah. Beragam kejadian lucu lainnya yang tidak bisa aku rangkai kan dalam kalimat demi kalimat di catatan ini.
Pukul 15.00 PM sampailah kami di curug Batu Hideung, terpakau ku di situ, terpakau melihat air terjun yang indah menurun dari bebatuan tebing, airnya sangat dingin dan jernih. Akupun duduk di salah satu batu yang berada di dekat air terjun dengan kepala memutar melihat suasana di sekitaran. Sempat aku melontarkan pertanyaan ke kak Beto ‘’kak !, di balik air terjun itu ada apa ya?’’ kak Beto menjawab dengan singkat dengan nada bercanda, ‘’ada mantan, ya kali ! ada mantan nggun’’ woow Mantan ! yes aku tahu itu pasti temennya EtaPisan!. (tak perlu dijelaskan, disensor yah ! sebab nantinya mantanpun pasti baca !)
Sambil menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar curug Batu Hideung, kang Omen dan kang Bagol menyiapkan liwetan untuk kami nantinya makan bersama-sama. Setelah puas bermain di air terjun curug Batu Hideung dan menikmati liwetan yang telah disiapkan sebelumnya, kami pun memutuskan untuk kembali pulang karena senja mula menjelang. Pulang kembali ke Cibuluh, kembali ke imah Bujang.
Tibalah di Cibuluh, ada dua orang yang memang terkesan tua, terlihat tengah asik bercengkrama, Kiade dan MasYank selalu hadir dengan keseriusannya, yang seolah dunia ini terlalu serius untuk mereka para bocah tua. keua orang itu sedang menempati bangku kayu di depan imah bujang, tak kami hiraukan keseriusan mereka! not my style…..
Pukul 07.00 AM : Kami, Kiade dan MasYank berangkat bersama ke Kampung Cirarak, untuk melihat kegiatan pawai obor bersama warga menuju Kantor Desa Kiarasari. Terlihat “pawai obor masyarakat kampung Cirarak yang bergabung dengan kampung-kampung lainnya begitu sangat meriah, para ibu, anak-anak, bapak-bapak, remaja putra dan putri, bahkan ada yang sudah lanjut usia, terlihat sangat antusias mengikuti pawai yang diluar ekspektasi ku”. Baru pertama kali ini aku melihat warga seantusias dan berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan untuk memeriahkan malam 17 agustus.
Sesampainya di kantor Desa Kiarasari, banyak kegiatan yang dilakukan, sambutan dan ucapan terimakasih diberikan oleh kepala Desa Kiarasari Bapak Nurrodin Nurhawan, SH. dan ketua panitia perayaan kemerdekaan Bapak Ruspandi kepada masyarakat yang terlibat. Sejenak aku terkaget bercampur haru ketika orang nomor satu di Kiarasari itu menyampaikan ucapan terimakasih pada almamater dimana aku menimba ilmu saat ini.
Setelah orasi para sesepuh Desa tentang kemerdekaan, acara dilanjutkan dengan penilaian lomba tumpeng oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana yaitu Sugandi Prayoga, Septyana Annisa, Novianty Rachmasari, dan Auliya Azizah dan rencananya esok akupun terlibat sebagai juri Dongdang (Dongdang adalah istilah bahasa Sunda yang ditujukan pada tempat membawa makanan atau barang hantaran saat hajatan atau ada peristiwa istimewa. Dongdang yang telah di hias dan di isi dengan makanan ataupun barang akan dipikul / diarak dengan diiringi rombongan kesenian sunda) bersama Rama Hendrianto, Sugandi Prayoga, Ria Anggun Ariani, Yuliana, Rosa Diah Pitaloka, Nur Anisya Amelia, Denny Askar Kurniawan, Muhammad Rifky Fadillah, dan Syaril. Setelah selesai penjurian, acara dilanjutkan dengan pengukuhan Pasukan Pengibar Bendera dan syukuran menuju 17 Agustus. Kegiatan di Balai Desa selesai pada pukul 10.30 AM, kami ke rumah kang Omen untuk brifing dan membahas kegiatan untuk ke esokan harinya.
Namaku kecilku Anggun, lengkapnya Ria Anggun Ariani, Aku seorang mahasiswi semester ketiga (3) Universitas Mercu Buana fakultas Ekonomi Bisnis Jurusan Manajemen yang mulai mencintai Perdesaan, warga Desa dan budaya serta kearifan lokal yang menyelimutinya. Catatan ini aku tulis di malam ketiga di imah bujang kampung Cibuluh dengan didampingi Kiade sebagai Editor dan pengarah gaya yang…., piss ah ki !
Jika Mahasiswa Universitas Mercu Buana berniat terlibat dan bergabung untuk Membangun Indonesia dari Desa Wisata sebagai Bakti kami untuk Indonesia-ku, temen-temen dapat menghubungi MasYank di Nomor +62 8571 5800 888
- Baca juga : Diskusi Panel Pembangunan Desa Wisata Kiarasari di Universitas Mercu Buana
- Baca juga : Jurnal Wisata | Perancangan Brand Desa Wisata Bogor oleh Universitas Mercu Buana
Paket Wisata
Paket wisata Halimun Adventure Journey merupakan tindakan perjalanan berpetualang dan atau kegiatan berwisata yang dilakukan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak guna menikmati keindahan bentang alam serta atraksinya dengan segala fenomena estetika yang unik dan sifatnya menarik serta tidak biasa. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Lembur Experience adalah kegiatan wisata yang seiring mendapatkan pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi secara langsung antara wisatawan dengan masyarakat lokal dalam sebuah peristiwa bertani, berkerajinan dan berkesenian di kampung dalam gugusan TNGHS. Lihat Youtube
Dapatkan paket wisataPaket wisata Halimun Wildlife and Nature merupakan wisata petualangan guna merasakan misteri terdalam keindahan hutan Taman Nasional Halimun Salak dengan keragaman pesona flora faunanya yang liar pun lanskap alamnya . Jika beruntung, anda akan melihat elang Jawa terbang melintas batas angkasa raya atau seekor macan yang berjalan disela pepohonan.
Dapatkan paket wisataRampes....!, Sebuah kata bermagis menjawab sapaan salam budaya ketika anda tiba pertama kali tiba di Kasepuhan Banten Kidul yang menghadirkan perilaku adat berbalut alam yang mempesona. Dengan bermukim sebentar saja dalam paket Halimun Adventure Ethnic, anda akan melewati hari-hari berpetualang di magnetnya kerifan lokal, budaya dan alam yang memukau.
Dapatkan paket wisataLiveIn dengan muatan Pawon Experience adalah paket turunan Halimun lembur Experience, LiveIn merupakan program wisata edukasi untuk membangkitkan kepedulian sosial dan lingkungan bagi pelajar sekolah dan mahasiswa dengan mengikuti aktivitas keseharian penduduk desa dalam kearifan lokalitasnya di kawasan lingkar gugusan Halimun
Dapatkan paket wisataPaket Camping, Camping merupakan kegiatan rekreasi di luar ruang dan tidur menggunakan tenda dengan beragam aktivitas utamanya seperti Gathering, Outing pun Camping ceria. Dengan fasilitas yang unik dan menarik, tenda yang biasa dipasang diatas tanah, di Wisata Halimun kini di pasang diantara pepohonan hutan halimun yang populer dengan sebutan flying camp.
Dapatkan paket wisata